Minggu, 26 Februari 2012

Malaikat Hafadzah dan 7 Tingkat Langit



     Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz
bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah
Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu
diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat
halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau
anggap sebagai hadits terpenting?"

     Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan... " Tiba-tiba Mu'adz
menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa
saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh
aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali
dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan:

    Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu
beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk
turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta
tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah
menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah
diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-
Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....!

Labbaik, wahai penghulu para rasul....!

     Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau
menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu.
Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah
hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!

     Wahai Mu'adz...Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Maha Tinggi
telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala
langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga
pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu
malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap
tingkatan langitnya.

    Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang
amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari.
Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya)
yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian
memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.

    Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat
penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini
dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb
Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang
telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang
berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia
tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama
ini....!!"

    Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta
amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang
cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga
akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu
langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah
pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal
namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi
belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku
untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati
langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para
malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.

    Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak
indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta
perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak
amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit
pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ke tiga, tiba-
tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah
kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-
amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb
Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya
melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan
manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."

     Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa
amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang
gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung
disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak
menembus tiga langit
pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga
pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan
amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya.. ! Aku adalah malaikat
penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb
Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya
melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan
unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan... !"

     Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang
diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga
sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya
yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki
cahaya bagaikan sinar matahari.
Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang
malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki).
Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia
oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam
ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak
membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya.. .!"

     Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa
wudhu' yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan
umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga
pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih
sayang). Tamparkanlah amalan
si hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat
rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang
ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku
memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju
langit berikutnya.. .!'

    Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa
nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-
hati dalam beramal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan
bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada
langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat
penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan
(adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia.
Sesungguhnya pemilik amal ini
berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal
perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara
kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar.
Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya
menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan
setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas,
maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima
amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut.... !'
  
     Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba
berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang
berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka
seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya
hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka
berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya)
bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba
itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah
Ta'ala.

    Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat
Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang
Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di
dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia
tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak
mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa
yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang
telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali
tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala
yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-
kalbu.
    Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak
ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar.... .
Pengetahuan- Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan
pengetahuan- Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan- Ku
terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan- Ku
terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan- Ku terhadap segala sesuatu
yang awal sebagaimana pengetahuan- Ku terhadap segala yang akhir. Aku
lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana
mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah
menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha
Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku... .!!

    Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh
langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami,
baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala
langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat
sang hamba itu..!

    Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba
menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup
keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan
lirihnya, "Wahai Rasulullah.. ....Bagaimana bisa aku selamat dari apa-
apa yang telah engkau ceritakan tadi...??"

Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah
Nabimu di dalam sebuah keyakinan... ".

Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul
Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku
bisa selamat dan lolos dari itu semua...??"

    Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa
kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah
lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia,
khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran.
Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain,
haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana
engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib.
Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan
orang lain. 
    Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang
lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal
itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-
bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang
tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di
hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai
kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di
dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu
karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu
di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan
lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-
anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-
robek dengan merobek yang sebenar-benarnya. .."(QS An-Naaziyat [79]:
2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang...... ..

Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya
dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa
sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??"

"Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi
dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu
semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah
Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia,
sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci
mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya
engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya. ....!!"

Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat
sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca
Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana
beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.

Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar
hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya,
atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati
mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini
penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada
Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah
pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan
lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis
semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan
diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu
semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak
akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat
Allah Ta'ala semata.

Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali
dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah
kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-
benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan
yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama
orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah
Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha
Menolong dengan sebaik-baiknya. ..

Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...

Senin, 19 Desember 2011

Dialog Rasulullah dengan Onta



Sebagai utusan Allah SWT, banyak sekali mukjizat yang dimiliki oleh Rasul SAW. Dan kali ini salah satunya adalah Rasulullah SAW mampu berdialog dengan seekor onta yang akan disembelih oleh pemiliknya.

Kisahnya.
Ada salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Uqa'il bin Abu Thalib. Dia ini seorang yang baru saja masuk islam. Rasul tahu kalau Uqa'il masih memiliki keraguan terhadap Rasul SAW. Sehingga, jika Rasulullah melakukan perjalanan, beliau selalu mengajak Uqa'il untuk menjadi teman selama perjalanan.
Salah satunya adalah ketika Rasulullah berniat berkeliling Ngeri Arab, beliau mengajak Uqa'il untuk menemaninya salama perjalanan.

Selama dalam perjalanan itu, sifat Rasulullah SAW yang begitu ramah dan baik hati sangat terlihat. Hampir di setiap perjalanan, beliau berhenti sejenak untuk beristirahat dan mencoba untuk lebih dekat dengan penduduk Arab. Beliau pun selalu berkomunikasi dan menolong mereka yan membutuhkan pertolongan.

Uqa'il dan para penduduk Arab merasa sangat kagum dengan sosok Rasulullah SAW yang begitu santun dengan siapapun, termasuk kepada orang miskin bahkan seorang pengemis, sehingga para penduduk Arab tidak ragu lagi untuk berbicara, bertanya dan mengadu tentang segala sesuatu yang mereka alami kepada Rasululah SAW. Tidak hanya manusia yang mengadu dan bercerita tentang suatu masalah, bahkan seekor onta pun mendatangi beliau dan menceritakan perihal yang dialami.


Pengaduan Onta.
Di tengah perjalanan, Nabi Muhammad SAW dan Uqa'il melihat seekor onta yang berlari seperti dikejar sesuatu. Beliau akhirnya berhenti untuk memastikan apa yang tengah terjadi pada onta tersebut. Di saat Rasul SAW berhenti, tiba-tiba onta tersebut berlari dan meloncat menuju ke hadapan Rasul SAW, sampai hampir menabrak tubuh Raulullah.

Rasulullah SAW sangat terkejut dengan kehadiran onta itu ke depannya secara tiba-tiba. Beliau bertanya,
"Apa yang engkau alami, sampai engkau meloncat sejauh itu hingga di depanku?" tanya Rasul SAW.
Onta yang terlihat ketakutan itu langsung menjawab,
"Ya, Rasulullah, aku minta perlindungan darimu."
Uqa'il yang melihat dan mendengar Rasulullah SAW berkomunikasi dengan seekor onta itu, ia merasa sangat keheranan dan hampir tak percaya dengan apa yang telah dilihatnya. Namun, hal itu benar-benar terjadi di depannya.

Akhirnya, Uqa'il yang semula tidak yakin dengan mukjizat utusan Allah SWT tersebut, sekarang menjadi yakin.
"Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini karena sempat meragukan kemuliaan utusan-Mu. Mulai sekarang, aku akan selalu tunduk kepada Rasululah SAW dan akan selalu mematuhi perintahnya," ucap Uqa'il dalam hati.

Selang waktu beberapa saat, datanglah seorang Arab yang membawa pedang tajam. Nabi SAW sangat heran dengan orang Arab tersebut.
"Hendak apakah engkau, terhadapku atau dengan onta ini?" tanya Rasululah SAW.
"Wahai Rasul Allah, aku telah membelinya dengan harga yang sangat mahal, akan tetapi dia tidak mau taat dan tidak mau jinak kepadaku, maka akan aku potong saja dan akan aku berikan dagingnya kepada orang-orang yang memerlukannya," jawab orang Arab itu.

Penyelesaian Bijaksana.
Nabi Muhammad SAW bertanya kepada onta,
"Mengapa engaku mendurhakai dia?" tanya Rasul SAW.

Onta itu pun menjawab,
"Wahai Rasulullah, aku mendurhakainya karena perbuatannya yang buruk. Ia terus menerus tidur, meninggalkan shalat Isya. Seandainya dia mau berjanji kepada engkau untuk mengerjakan shalat Isya, maka aku berjanji pula untuk tidak mendurhakainya, sebab aku sangat takut kalau Allah SWT menurunkan siksaan-Nya kepadaku," jelas onta itu.

Setelah mendengar penuturan onta yang panjang lebar itu, Nabi Muhammad SAW pun mempercayainya, dan orang Arab itu tidak bisa berkelit lagi karena sudah ada bukti dari onta miliknya.
"Aku akan mengembalikan onta ini kepadamu, asalkan engkau berjanji untuk tidak meninggalkan shalat Isya. Akan tetapi jika engkau tidak mau, maka aku akan membawa onta ini," tutur Rasul SAW.
"Ya Rasululah, aku berjanji tidak akan meninggalkan shalat Isya lagi dan berjanji pula tidak melakukan maksiat. Jika aku melakukannya, maka onta itu akan aku berikan kepadamu," jawab orang Arab itu dengan sungguh-sungguh.

Setelah mendengar pernyataan orang Arab itu, akhirnya Rasululah SAW menyerahkan onta itu kepada pemiliknya. Rasulullah SAW pun kembali meneruskan perjalanan dengan Uqa'il yang semakin kagum dengan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad Bertemu Allah di Sidratul Muntaha


Kisah Menarik Bagaimana Nabi Muhammad Bertemu Allah di Sidratul Muntaha Pada Jarak Hanya "Dua Busur Panah"

   NABI Adam a.s gembira apabila menoleh kepalanya ke kanan karena menyaksikan kalangan zuriatnya, yaitu umat manusia melakukan amalan baik dan akhirnya melayakkan mereka masuk surga.
Namun apabila baginda menoleh ke kiri, di dapati ada juga kalangan umat manusia yang disiksa dalam neraka akibat balasan amalan-amalan jahat yang mereka lakukan, Ini menyebabkan Nabi Adam sedih dan kecewa.

   Demikianlah sebaliknya makna perlakuan yang ditunjukkan oleh lelaki bertubuh besar dan tinggi yang pertama ditemui oleh Nabi Muhammad sejurus memasuki langit pertama dalam perjalanan Mikraj untuk menemui Allah di singgahsana Sidratul Muntaha.
Baginda begitu gembira dapat bertemu dan mengenali manusia pertama ciptaan Allah itu yang kemudiannya menjadi bapak  seluruh manusia di muka bumi ini.
Selepas memberi salam kepada Nabi Adam, Nabi Muhammad kemudiannya dibawa naik ke langit kedua dan di situ baginda bertemu Nabi Yahya dan Nabi Isa. Diikuti langit ketiga, baginda bertemu Nabi Yusuf, langit kelima,Nabi Harun dan Musa di langit keenam.
Nabi Muhammad akan memberi salam dan mengakui kenabian kepada setiap nabi yang baginda temui.

   Apabila tiba di langit ketujuh, Nabi Muhammad berpeluang menyaksikan Baitul Makmur, yaitu rumah ibadah, binaan sama seperti Ka'bah bagi penghuni langit terutamanya para malaikat beribadah dan melakukan tawaf.
Sesetengah mengatakan terdapat hampir 70,000 malaikat yang melakukan tawaf di Baitul Makmur itu.
Ia dikatakan mempunyai kedudukan yang bertepatan dengan kedudukan Ka'bah di bumi.
Di situ juga baginda melihat ada seorang lelaki yang wajahnya dikatakan hampir menyerupai Rasulullah sendiri.

   Lalu baginda bertanya kepada Jibrail siapa lelaki berkenaan. Jibrail berkata: "Dialah nenek moyang kamu, Nabi Ibrahim."
Baginda sungguh gembira dengan pertemuan ini kerana dapat mengenali Nabi Ibrahim yang mempunyai sejarah kenabian sangat hebat terutama mampu mengalahkan Raja Namrud, berhijrah ke Palestin dan terpaksa meninggalkan isterinya Siti Hajar dan si anak Nabi Ismail. Dari situ ia menjadi titik permulaan pembukaan Kota Mekah dan mendirikan Ka'bah seperti yang diperintahkan oleh Allah.
Sejurus pertemuan yang sungguh bermakna itu, baginda berjalan sehingga ke penghujung langit ketujuh.

   Di situ baginda melihat bagaimana malaikat Jibril yang menyerupai manusia berubah kepada bentuk asalnya. Bentuk yang sama seperti yang baginda pernah temui untuk pertama kali semasa berjalan ke pulang ke rumah dari Gua Hira'.
Kebenaran perkara ini tidak dapat disangkal. Ia benar-benar terjadi sebagaimana yang disebut dalam Al-Quran, yaitu ayat 13 hingga 18 surah an-Najm yang bermaksud: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu dalam rupanya yang asli iaitu berdekatan dengan Sidratul Muntaha, yang juga berdekatan dengan surga al Makwa, (Muhammad melihat Jibril) ketika di Sidratul Muntaha dilitupi oleh sesuatu yang melitupinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan-Nya yang paling besar.

  
   Inilah keistimewaan Nabi Muhammad dapat bertemu dengan Allah dalam keadaan jaga dan bersemuka walaupun pertemuan tersebut tidak turut dihadiri oleh malaikat Jibril.
Sebelum itu Jibril telah meminta Nabi Muhammad maju ke hadapan yaitu memasuki Sidratul Muntaha, tempat sangat luar biasa yang tidak akan mampu terfikir oleh manusia biasa.
Apabila Nabi Muhammad turut mengajak malaikat Jibril untuk bersama-sama dengan baginda, Jibril berkata: "Kalau aku selangkah maju ke hadapan, maka aku akan hangus terbakar."

   Lalu di hadapan Allah itu yang dikatakan jaraknya hanyalah 'dua busur panah' atau lebih dekat lagi dari itu, Nabi Muhammad diperintahkan sembahyang 50 waktu sehari semalam.
yaitu ibadah menyembah-Nya untuk dilakukan oleh Nabi Muhammad dan seluruh umat baginda setiap hari.
Berbanding ibadah lain yang difardukan melalui turunnya wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril namun ibadah solat adalah perintah secara langsung daripada Allah.
Sebab itu di hari kiamat perkara pertama yang ditanyakan oleh Allah terhadap setiap individu umat Islam ialah mengenai perihal solatnya.
Segala amalan kebaikan dan kebajikan yang lain seolah-olah tidak bermakna jika seseorang itu mengabai dan meninggalkan solat secara sengaja.

   Selepas pertemuan itu, Nabi Muhammad pun turun ke langit ke enam dan bertemu semula dengan Nabi Musa yang bertanyakan mengenai hasil pertemuan baginda dengan Allah.
"Apa yang Allah perintahkan untuk umat kamu wahai Muhammad," tanya Nabi Musa.
"Allah memerintahkan aku dan umatku supaya mendirikan solat 50 fardu waktu sehari semalam," jawab Nabi Muhammad.
Musa pun berkata lagi: "Kaum Israel pernah diperintahkan kurang daripada itu tetapi itupun mereka tidak mampu laksanakan. Kamu naiklah lagi dan minta Allah ringankan (kurang jumlah fardu) solat itu."

   Sesetengah riwayat menceritakan baginda terpaksa berulang kali menemui Allah semula bagi tujuan untuk meringankan jumlah fardu solat itu. Sehinggalah akhirnya ditetapkan ibadat solat itu difardukan lima kali sehari tanpa boleh dikurangkan lagi.
Itupun Nabi Musa tetap menggesa Nabi Muhammad dikurangkan lagi lima waktu itu.
Lalu baginda pun berkata: "Aku rasa malu dengan Tuhanku, namun aku ridho dan aku menyerah diri."
   Sepanjang mikraj itu juga Nabi Muhammad diperlihatkan dengan berbagai kehidupan di alam akhirat, yaitu alam yang kekal bakal didiami oleh seluruh umat manusia.
Turut diperlihatkan ialah berbagai gambaran bentuk pembalasan terhadap apa juga amalan yang dilakukan oleh manusia semasa hidup mereka di dunia.
Namun yang paling berkesan pada baginda yang diceritakan kepada para pengikutnya ialah mengenai gambaran syurga dan neraka.

   Apa pun gambaran mengenai surga dan neraka tersebut, namun yang jelas kedua-duanya wujud di akhirat sebagaimana yang disebut berkali-kali dalam Al-Quran.
Namun itu pun masih tidak dapat dipercayai oleh beberapa pihak.
Jadi apabila Nabi Muhammad telah melihatnya sendiri dengan mata kepala baginda, adakah kita masih tidak mempercayainya lagi?

Rabu, 14 Desember 2011

Mukjizat Air Mancur Arafah



Kisah Islamiah malam ini tentang air muncur yang berada di Arafah.
Pada usianya yang terbilang masih muda, aneka mukjizat sudah muncul, salah satunya adalah air mancur di Arafah.
Bukan itu saja, tutur kata yang lembut, sikap yang santun serta selalu berpikir positif membuat Muhammad dipercaya semua orang dan dijuluki Al Amin.

Kisahnya.
Waktu terus bergulir, Nabi Muhammad mulai tumbuh menjadi remaja yang rupawan. Pola pemikiran yang cerdas dan suka membantu orang-orang di sekelilingnya menjadi nilai tersendiri di mata sang paman. Tak heran, bila kemana pun Abu Thalib berpergian selalu membawa serta Muhammad. Seperti saat berdagang ke pasar Zulmajaz.

Mukjizat.
Letak pasar Zulmajaz memang cukup jauh dari tempat tinggal Abu Thalib dan Muhammad. Tak heran jika di tengah perjalanan, perbekalan mereka habis. Saat itu, Abu Thalib merasa sangat haus sekali. Air yang mereka bawa sudah habis dan mustahil menemukan air di sekitar tempat itu.
Saat itulah Abu Thalib teringat akan keponakannya, ia tahu bila ada Muhammad di sampingnya, tidak akan ada kelaparan atau kehausan.

Dengan lirih, ia pun berkata,
"Keponakanku, aku sangat haus sekali, bisakah engkau membantuku?"
Muhammad segera berbalik dan menatap pamannya. Dilihatnya bibir pamannya mengering. Abu Thalib tahu, bahwa keponakannya itu akan membantunya dan segera akan mendapatkan air.

Tapi, mana mungkin ia bisa memperolehnya di tengah gurun yang panas dan gersang seperti itu. Mendapat keluhan dari pamannya, Muhammad segera turun dari untanya dan berdoa kepada Allah SWT. Begitu Muhammad menyentuh tanah dengan tumitnya, air mulai keluar dari dalam tanah.
Subhanallah...
Air itu mengalir seperti air mancur kecil yang mengalir dengan deras.

Abu Thalib Takjub.
Abu Thalib penuh takjub melihat kejadian itu. Seketika itu juga Muhammad mengisi wadah air yang dimilikinya dengan air dan mengulurkan kepada pamannya.
"Ini paman, ambillah," ujar Muhammad.

Abu Thalib meminum air itu dengan puas. Ia sangat bersyukur memiliki keponakan yang dilimpahi rahmat dan mukjizat oleh Allah SWT.
Dipeluknya keponakannya itu dengan penuh rasa sayang, kekaguman dan rasa bangga. Mereka lalu melanjutkan perjalanan.

Air mancur yang keluar dari tempat Muhammad berpijak, hingga sekarang tak pernah mengering. Bahkan, sampai saat ini orang-orang yang pergi ke sana untuk melaksanakan ibadah haji menggunakannya untuk minum damn mendinginkan badan.

Ludah Rasulullah Penawar Bisa Ular



Rasulullah SAW memiliki banyak mukjizat dan kali ini salah satunya adalah ludah Rasulullah SAW yang bisa menjadi obat penawar bisa ular.
Mukjizat itu dibuktikan sendiri oleh sahabatnya, Abu Bakar ketika menemani Rasulullah SAW bersembunyi di Gua Tsur.

Kisahnya.
Ketika Rasululah SAW diburu orang kafir Quraisy dan hendak dibunuh, beliau bersembunyi di Gua Tsur dengan ditemani Abu Bakar. Sebelum masuk gua, Abu Bakar meminta izin masuk terlebih dahulu supaya dapat membersihkan gua itu serta menutup lubang-lubang yang ada di gua itu.

Tak lama kemudian, setalah gua menjadi bersih, Rasulullah SAW masuk dan membaringkan tubuhnya di atas tanah dengan kepalanya berbantalkan paha Abu Bakar. Karena terlihat cukup letih, Rasulullah SAW tertidur di gua itu. Abu Bakar duduk dan tidak berani bergerak karena tidak ingin mengganggu tidur Rasulullah SAW. Abu Bakar memilih tetap waspada dari kejaran kafir Quraisy.

Namun, tak lama berselang, Abu Bakar melihat seekor ular berbisa hendak keluar dari salah satu lubang yang tidak sempat ditutup. Dengan cekatan, Abu Bakar menutup lubang itu dengan salah satu kakinya. Tiba-tiba saja ular itu menggigit kaki Abu Bakar, dan dalam waktu sekejap saja bisa ular itu menjalar ke seluruh tubuh Abu Bakar.

Gigitan Ular Mematikan.
Meskipun demikian, Abu Bakar tidak menjerit. Ia tidak ingin Rasulullah akan terbangun dari tudur akibat jeritannya. Semakin lama bisa ular itu melemahkan tubuh Abu Bakar dan membuatnya menangis. Secara tidak sengaja, tetesan air matanya jatuh mengenai tubuh Rasulullah SAW.

"Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar? Apakah kamu merasa takut dengan orang kafir Quraisy yang mengancam nyawamu?" tanya Rasulullah yang terbangun akibat tetesan air mata Abu Bakar.
"Ya Rasulullah, aku tidak pernah takut mati demi membela agama Allah," jawab Abu Bakar dengan suara melemah.

"Lalu apa yang terjadi hingga kamu menangis?" tanya Rasulullah lagi.
"Kakiku telah digigit ular, tubuhku lemas, aku menangis karena takut tidak akan bisa menjagamu lagi," kata Abu Bakar yang kemudian bersimpuh di hadapan Rasulullah SAW.

Rasululah SAW segera memeriksa telapak kaki Abu Bakar. Setelah melihat adanya bekas gigitan ular, beliau langsung meludahinya.
Ajaib...serta merta rasa sakit di kaki Abu Bakar langsung sirna, hilang serta merta. Tidak lama kemudian Abu Bakar sudah merasa bugar lagi seperti sedia kala.

Sementara itu, para pemuda kafir Quraisy yanmg mencari Rasulullah SAW dan Abu Bakar, akhirnya tiba juga di Gua Tsur. Akan tetapi Allah SWT membantu dengan mengarahkan laba-laba untuk menutupi mulut gua dengan sarangnya. Keadaan sarang laba-laba yang utuh tidak terusik itu menyebabkan mereka yang memburu Rasulullah SAW berpikir, tidak mungkin ada orang di dalam gua itu.

"Janganlah berduka wahai sahabatku, sesungguhnya Allah SWT bersama kita," kata Rasulullah SAW kepada Abu Bakar.

Jari Rasulullah Bercahaya

Mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sangat banyak jumlahnya, ada yang sudah terkenal dan banyak didengar oleh kebanyakan kaum muslimin.
Salah satu dari sekian banyak mukjizat itu adalah jari tangan Rasulullah SAW bisa mengeluarkan cahaya.

Berikut Kisahnya.
Dirawikan dari Hamzah bin 'amr al-Aslami, ia bercerita bahwa pada suatu saat di malam hari ia berjalan bersama Rasulullah SAW. Kondisi saat itu gelap gulita tanpa penerangan sedikitpun. Kemudian keduanya berpencar di ujung jalam, dan saat berpencar itulah Hamzah mengetahui bahwa jari jemari Rasulullah SAW bersinar sangat terang.

Begitu terangnya sinar itu hingga beberapa sahabat Rasulullah SAW yang lain bisa mengumpulkan hewan tunggangan mereka serta tak ada seorang pun yang tersesat.

Keistimewaan jari jemari Rasulullah SAW lainnya juga bisa memancarkann air.
"Aku pernah melihat Rasulullah pada saat waktu shalat ashar tiba, orang-orang mencari air wudhu, tapi mereka tak menemukan air. Kemudian Rasulullah datang dengan membawa sebuah wadah berisi air wudhu. Rasulullah SAW lalu memasukkan tangannya ke dalam wadah itu, lalu Beliau menyuruh orang-orang berwudhu dari wadah itu. Saat itu Anas bin Malik menyaksikan air memancar dari bawah jari jemari Rasulullah SAW.
(HR. Bukhari, Muslim, An-Nasa'i, dan Tirmidzi).

Bersinar Terang.
Bukan hanya jari jemari Beliau saja yang bersinar, dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa tongkat Beliau serta setandan kurma pemberian Beliau juga mampu mengeluarkan cahaya.

Dirawikan dari Maimun bin Zaid Abas bahwa Rasulullah SAW sutu saat memberikan sebuah tongkat pada Abu Abas setelah ia mengalami kebutaan. Rasulullah SAW berkata kepada Abu Abas,
"Gunakanlah tongkat ini sebagai penerang jalanmu."

Kemudia Abas menerima tongkat itu, anehnya, tongkat dari kayu itu tiba-tiba bisa mengeluarkan cahaya sehingga menerangi jalan Abas.

Dalam riwayat lainnya sisebutkan bahwa Abu Abas shalat lima waktu bersama Rasulullah SAW. Kemudian ia pulang ke perkampungan Bani Haritsah. Di suatu malam yang gelap gulita dan hujan sedang turun dengan derasnya, Abas keluar lalu tongkat pemberian Rasulullah SAW itu ia gunakan untuk menerangi jalan. Akhirnya Abas selamat hingga sampai di rumah Bani Haritsah.

Setandan Kurma.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Na'im dijelaskan bahwa pada suatu malam, Rasulullah SAW keluar dari rumah menuju masjid untuk menunaikan shalat Isya. Ketepatan malam itu juga hujan turun dengan derasnya dan disahuti petir. Saat sinar petir menerangi malam, Rasulullah SAW melihat Qatadah bin Nu'man.

"Hai Qatadah, setelah Anda selesai shalat, tetaplah duduk di tempatmu hingga aku menyuruhmu," ucap Rasulullah SAW.
Seusai shalat, Rasulullah SAW menemui Qatadah dan memberikan sebuah tandan kurma.
"Ambillah tandan kurma ini, ia akan menerangi jalan di depanmu sepuluh langkah dan dibelakangmu sepuluh langkah," tutur Nabi Muhammad SAW seraya memberikan setandan kurma itu.

Qatadah menerimanya.
Lalu saat pulang ke rumahnya, setandan kurma itu benar-benar menerangi jalannya sampai di rumah.
Subhanallah.


Rasulullah Membelah Bulan


Tiada habisnya orang-orang kafir mengzalimi Rasulullah SAW.
Mulai dari memfitnah hingga menyuruh Rasul melakukan sesuatu yang menurut mereka hal yang mustahi, yaitu membelah bulan.
Namun, dengan izin Allah SWT, Rasulullah SAW dapat melaluinya dengan sabar.


Kisahnya.
Jumlah orang-orang mukmin terus bertambah seiring berjalannya waktu.
Sementara itu, orang-orang jahat tidak juga menghentikan kekejaman mereka. Mereka bahkan terus menantang Rasulullah SAW.

Pada suatu hari, orang-orang kafir kembali mengelilingi Rasulullah SAW. Mereka punya rencana baru untuk menyudutkan beliau. Mereka meminta Rasul SAW melakukan sesuatu yang menurut mereka mustahil untuk dilakukan. Nanti saat melihat beliau tidak bisa melakukannya, mereka akan mengolok-olok beliau.

Dengan pemikiran seperti itu, mereka berkata,
"Kalau engkau memang seorang nabi, tunjukkan mukjizat kepada kamu. Misalnya, belahlah bulan purnama di atas kepala kita menjadi dua. Letakkan yang sebelah di atas gunung ini dan sebelah lagi di atas gunung itu," kata orang-orang kafir.
"Kalau aku dapat melakukannya apakah kalian akan percaya padaku?" tanya Rasul SAW.


Bulan Terbelah Menjadi Dua.
Allah Yang Maha Tinggi memberikan kekuasaan kepada Rasulullah SAW untuk menunjukkan mukjizat seperti yang telah Dia berikan kepada nabi-nabinya terdahulu. Jika Rasulullah SAW mau, beliau bisa berdoa kepada Allah SWT dan atas izin-Nya, banyak peristiwa luar biasa yang akan terjadi. Namun, beliau ingin agar orang-orang berfikir dan menemukan jalan yang benar dengan pikiran mereka sendiri.

Saat itu, Rasulullah SAW yang terlihat semakin rupawan di bawah sinar rembulan, terlebih dahulu berdoa agar orang-orang sesat itu menemukan jalan yang benar. Kemudian beliau mengarahkan telunjuknya ke bulan. Sinar perak dengan cahaya bintang terlihat membentang diatas mereka. Rasulullah SAW membuat garis dari bagian atas bulan hingga ke bawah.

Kala itu, tak seorang pun terlihat percaya atau memperhatikan secara penuh apa yang sedang terjadi. Setelah ditunjuk oleh Rasul SAW, bulan pun terbelah menjadi dua.
Subhanallah.....Sungguh luar biasa.

Setengah dari bulan itu berada di atas gunung yang satu dan setengahnya lagi di atas gunung yang lainnya. Allah Maha Besar. Allah Maha Tinggi sudah membelah bulan untuk Nabi kesayangan-Nya itu.

Nabi pun berulang-ulang mengatakan kepada orang-orang kafir,
"Saksikanlah!!, Saksikanlah!!!."
Orang kafir pun terbelalak.
Mereka tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka saling pandang setelah mengetahui hal itu. Bibir Rasulullah SAW terus menerus berzikir, bersyukur kepada Allah SWT yang sudah memberikan mukjizat itu. Saat kedua bagian bulan itu kembali menyatu, orang-orang kafir sangat terkejut dan takut.
Mereka hanya berkata,
"Ini Sihir !!!, Ini Sihir !!!"


Kesaksian Seorang Musafir.
Pagi hari setelah kejadian itu, negeri Makkah gempar.
Semua orang membicarakan peristiwa ajaib tadi malam. Saat kaum muslim membicarakan keindahan peristiwa itu, orang-orang kafir malah mengatakan bahwa yang mereka lihat tadi malam adalah tidak nyata.

beberapa orang di antara mereka berkata,
"Kita bilang saja kepadanya kalau dia hanya menunjukkan sihir kepada kita."
Orang-orang kafir mengetahui bahwa pengaruh sihir itu tidak akan sampai jauh pengaruhnya. Jadi mereka pun memutuskan untuk bertanya kepada musafir yang datang dari jauh,apakah mereka juga melihat peristiwa bulan terbelah tadi malam.
Mereka pun menunggu datangnya para musafir.

Begitu para musafir datang, para orang kafir langsung mendekati mereka dan bertanya apakah mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua tadi malam. Ternyata mereka juga melihat bulan terbelah menjadi dua kemudian menyatu kembali. Dengan semangat, para musafir itu menceritakan secara terperinci apa yang mereka lihat tadi malam. 

Meskipun mereka sudah mendengar kesaksian para musafir, namun tetap saja orang-orang kafir tidak percaya.
mereka mengatakan,
"Sihir Muhammad bahkan sudah mencapai langit," kata orang-orang kafir.
Orang-orang kafir itu telah dikunci mata hatinya, meskipun sudah melihat hal yang benar-benar nyata, masih saja dia berpaling, mungkir.

Dan inilah hebatnya Rasulullah SAW, Beliau tidak pernah sombong, bahkan selalu bersyukur atas mukjizat yan terjadi, beliau tetap penuh kasih, tetap medoakan agarorang-orang kafir itu tidak keras kepala dan bersedia mengikuti ajaran yang beliau sampaikan.